Friday, September 17, 2010

Mitos Seputar Perawatan Bayi

BAYI TAK BOLEH DIPAKAIKAN GURITA

Apa yang dikatakan oleh dokter, kebalikan dari kebiasaan yang terjadi selama ini.
Memang, tak sedikit kebiasaan turun- temurun dalam merawat bayi yang bertentangan dengan dunia medis.
Bagaimana kita menyikapinya? Dalam merawat sang buah hati, hampir bisa dipastikan kita akan "dihujani" oleh segala macam nasihat ataupun larangan dari lingkungan, entah kakek-nenek, orang tua, kaum kerabat, maupun tetangga.
Umumnya, nasihat/larangan tersebut merupakan kebiasaan-kebiasaan praktek perawatan bayi yang bersifat turun-temurun.
Namun, "seringkali nasihat dan larangan tersebut tak bisa diterima akal sehat, meskipun ada pula yang kedengarannya masuk akal," ujar dr. Eric Gultom, Sp.A. dari Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSUPN Cipto Mangunkusumo dalam cara Ibu Bayi dan Balita di ANTeve, kerja sama nakita dengan PT Endrass Perdana.

Misalnya, bayi tak boleh digendong dengan kedua tungkai memeluk tubuh ibu agar kelak tungkainya tak pengkor, bengkok, atau melengkung.
Begitu pula dengan nasihat untuk membedong bayi agar kelak bentuk kakinya jadi bagus.
"Kedengarannya memang masuk akal bahwa cara menggendong dengan posisi demikian mungkin saja akan menyebabkan pengkar.
Apalagi pada kenyataannya, saat lahir, tungkai bayi memang penampilannya bengkok atau melengkung," tutur Eric yang juga berpraktek di RSIA Lestari, Cirendeu dan RS Medistra.
Tapi, lanjutnya, bila dijelaskan dengan cara lain, akan tampak penjelasan tersebut kurang masuk akal.
Semua bayi, tutur Eric, kakinya memang akan tampak melengkung ketika lahir. Pasalnya, rongga rahim sangat terbatas ruangnya.
Nah, agar si bayi cukup dalam rongga rahim, posisinya harus sedemikian rupa sehingga kedua tungkai dalam posisi bersila dan melengkung ke atas.
"Tentunya dalam posisi demikian selama 9 bulan, akan menyebabkan kedua tungkai penampilannya melengkung ketika lahir."
Selain itu, tulangnya masih lebih lunak dan sedang bertumbuh sehingga gampang sekali terbentuk melengkung.
Kendati demikian, tungkai yang melengkung ini berangsur-angsur akan lurus kembali sejalan dengan pertumbuhan bayi.
Kecuali bila ada faktor genetik dimana salah satu orang tua penampilan tungkainya tak lurus atau melengkung, akan diturunkan pada anaknya.
Jadi, tukas Eric, "melengkung tidaknya tungkai tak tergantung posisi ketika menggendong bayi.
"Begitupun bila bayi tak dibedong, kakinya akan tumbuh lurus sesuai potensi genetik yang dimilikinya.

APA YANG MEMBAHAYAKAN BAYI

Berbagai praktek perawatan bayi yang mengikuti kebiasaan-kebiasaan turun-temurun ini, menurut Eric, seringkali bukan hanya kurang dapat diterima dasar ilmiahnya, tapi juga bisa merugikan.
Misalnya, pemakaian gurita untuk bebat perut bayi.
Kata orang, supaya bayi jangan masuk angin."
Ada pula yang bilang, agar perutnya enggak besar dan pusarnya enggak bodong. Dalam dunia medis, tuturnya, tak dikenal istilah masuk angin. "Istilah ini mungkin maksudnya aerophagia , yaitu bayi banyak mengandung udara di lambungnya sehingga terlihat kembung.
Hal ini bisa disebabkan bayi menangis lama atau cara minum susu botol kurang betul." Jadi, Bu-Pak, sama sekali tak ada kaitannya dengan pemakaian gurita. Begitupun dengan perut besar dan pusar bodong.
"Besar kecilnya perut ditentukan oleh ketebalan kulit, lemak kulit, dan otot perut yang sanggup menahan daya dorong isi perut atau usus keluar.

Secara alamiah, usus, kan, berusaha mendorong keluar," terang Eric.
Nah, pada bayi, lanjutnya, kulit maupun lemak dan ototnya masih tipis karena belum tumbuh, sehingga belum mampu menahan ususnya yang mendorong keluar.
Jadilah si bayi kelihatannya seperti kembung, perutnya agak besar. "Nanti, bila kulit dan lemak serta ototnya sudah lebih tebal, akan lebih sanggup menahan daya dorong tersebut.
"Jadi, tak akan gendut lagi, kecuali kalau makannya memang banyak.
Sama halnya dengan pusar bodong, "Bila perutnya membesar, tentu pusarnya akan menonjol, dong," tukas Eric.
Tak demikian halnya setelah ketebalan kulit, lemak kulit, dan ototnya bertumbuh menjadi lebih tebal. Jadi, bukan lantaran dipakaikan gurita maka pusarnya jadi enggak bodong.
Jikapun si bayi sampai punya pusar bodong, menurut Eric, karena bagian dari puntung tali pusatnya memang sejak awalnya sudah lebih besar.
"Jadi, sejak lahir pusarnya memang sudah bodong, bukan karena tak dipakaikan gurita.
"Pemakaian gurita, tutur Eric lebih lanjut, sebenarnya justru dapat merugikan bayi. "Bayi jadi kepanasan dan banyak keringat sehingga bisa mengalami keringet buntet di bawah lapisan gurita."
Selain itu, bila pemakaian gurita terlalu ketat, "akan mengganggu gerak pernafasan bayi." Soalnya, bayi bernafas lebih dominan menggunakan gerak pernafasan perut. Jadi kalau kita bebat dia erat-erat di bagian perut, tentu akan mengganggu pernafasannya."

Contoh lain dari kebiasaan turun-temurun yang membahayakan bayi ialah membubuhkan bahan-bahan tradisional pada tali pusat yang belum puput.
Hal ini bisa menimbulkan infeksi. "Perawatan tali pusat cukup dilakukan dengan menggunakan alkohol 70 persen," ujar Eric.
Sebab, alkohol 70 persen dapat membunuh kuman dan mencegah berkembang-biaknya kuman, sehingga tali pusat pun terhindar dari infeksi.
Masih banyak lagi kebiasaan-kebiasaan turun-temurun yang sampai sekarang masih sering dijumpai dalam praktek perawatan bayi sehari-hari.
Saran Eric, sebaiknya Bapak dan Ibu tanyakan dulu kepada dokter, apakah ada bahayanya bagi bayi Anda.
Bila tidak, prakteknya terpulang kepada Bapak-Ibu sendiri sebagai orang tua si bayi...

ANEKA KEBIASAAN BAYI TURUN TEMURUN

*ASI harus dibuang dulu sebelum menyusu...*

Alasannya, ASI yang keluar adalah ASI lama (basi).
ASI tak pernah basi! Biasanya yang dimaksud dengan ASI lama adalah ASI yang berwarna kekuningan dan kental; penampilannya memang seperti cairan tak segar.
Padahal, ASI kekuningan tersebut yang paling baik mutunya.
"Kandungan nutriennya paling tinggi dan memang diperolehnya pada tetesan ASI paling awal," jelas Eric Gultom.
Warna dan penampilan ASI putih keruh serta encer sering pula diasumsikan sebagai ASI kualitas jelek. Hal ini sama sekali tak benar!
"Warna dan kejernihan ASI sangat tergantung bahan nutrien yang terkandung di dalamnya," jelasnya lagi.
Perlu diingat, tak ada ibu yang mempunyai ASI seputih dan seindah penampilan susu formula.
Namun begitu, kualitas ASI tak dapat ditandingi oleh susu formula manapun.

*Usai melahirkan, ibu harus makan ayam arak agar tubuhnya hangat dan ASI-nya banyak atau minum jamu-jamuan untuk kesegaran ibu...

Hal ini justru berbahaya karena sering berpengaruh terhadap kandungan nutrien ASI dan menyebabkan bayi kuning.
Kandungan dalam ayam arak -mungkin araknya- dan jamu-jamuan, menurut observasi dokter dan para bidan, seringkali berkaitan dengan timbulnya kuning pada bayi, suatu keadaan yang secara medis disebut ikterus atau hiperbilirubinemia.
"Bila kadar kuningnya tinggi, dapat membahayakan bayi karena, bahan kuning ini bukan hanya akan melekat di mata maupun kulit sehingga jadi kuning, tapi juga di sel-sel otak," terang Eric.

*MEMANDIKAN BAYI.

Bayi harus dimandikan dengan air hangat agar tak masuk angin...

Memandikan bayi dengan air hangat tak perlu apabila bayi Anda normal, cukup bulan dan dalam keadaan sehat.
Mandikanlah sehari dua kali, gunakan sabun bayi dan cuci rambut dengan sampo bayi. Perlakukan bayi sebagaimana layaknya Anda sebagai orang sehat mandi dan mencuci rambut.
"Mandi dengan air hangat tujuannya terutama agar bayi tak kedinginan atau hipotermi dalam bahasa kedokterannya.
Tapi, sebagai bayi normal yang sehat, bayi Anda dapat beradaptasi dengan keadaan tersebut," terang Eric.
Jadi, Bu-Pak, tak usah takut memandikan si kecil dengan air dingin selama kondisinya normal dan sehat serta dalam cuaca yang tak dingin...

*Kepala tak boleh dibasahi saat bayi dimandikan.

Nasihat ini tentulah tak benar. Jika kepala bayi tak pernah dibasahi, kotoran di kepala jadi menumpuk dan bercampur dengan endapan lemak sehabis dilahirkan. Akibatnya, timbullah kerak kepala yang sering disebut sarapen atau dalam istilah medisnya, dermatitis seboroik.
Bayi tak boleh dimandikan jika tali pusatnya belum lepas. Salah! Justru tali pusatnya harus dibersihkan, lalu dikeringkan dengan alkohol 70 persen.

*BEDAK DAN MINYAK-MINYAKAN.

Kepala bayi perlu dikasih bedak agar tak gampang pilek...

Tak ada hubungannya antara pilek dan diberi pupur.
"Pilek lebih sering terjadi bila bayi tertular orang dewasa yang pilek dan mencium bayinya," urai Eric.
Sebaliknya, pupur dapat menyebabkan banyak kerak di kepala dan merupakan media tumbuh kuman yang baik bila tak dibersihkan dengan baik.
Bayi harus dibedaki sesudah mandi agar tubuhnya harum. Sehabis BAK, selangkangannya dikeringkan dengan bedak.
Begitu juga bila tubuhnya berkeringat, dikeringkan dengan bedak.
Sebaiknya bedak tak digunakan jika dimaksudkan untuk membuat tubuh bayi harum, mengeringkan keringat, bekas BAK atau sesudah cebok.
Di negeri tropis, bayi Anda memang akan cenderung lebih sering berkeringat.
Campuran bedak dengan keringat, terang Eric, merupakan media yang baik untuk berkembang biaknya kuman di permukaan kulit, terutama di daerah tertutup dan lipatan leher, ketiak, atau selangkangan. Lagi pula campuran air dan bedak akan menutup pori-pori kulit bayi yang sangat halus dan menyumbat pernafasan kulit serta saluran kelenjar keringat, terutama bila diborehkan terlalu tebal.
Hal ini menyebabkan lebih banyak keringet buntet dan ruam (kemerahan) di permukaan kulit.
Bedak hanya boleh dipakai untuk mencegah tergoresnya kulit kering.
Akan tetapi, kulit kering jarang terjadi di negeri tropis karena udaranya cukup lembab sehingga kulit cenderung lebih basah.
Berbeda di negara empat musim yang kelembaban udaranya lebih rendah.
Jikapun Anda ingin si kecil dipakaikan bedak, sebaiknya bubuhkan tipistipis di permukaan kulit, terutama bagian tubuh yang mudah tergores.

Bagaimana dengan minyak-minyakan dan baby oil? Bahan minyak-minyakan, misalnya, minyak telon dan minyak kayu putih, sering diborehkan dengan alasan mencegah masuk angin dan menghangatkan tubuh bayi, terutama minyak kayu putih.
Jadi, hal ini sering dipraktekkan.
Namun demikian, ingat Eric, pemakaiannya harus hati-hati. Soalnya, respons kulit bayi terhadap kandungan minyak telon dan minyak kayu putih berbeda-beda.
Jika timbul kemerahan dan gejala iritasi (kulit kering seperti terbakar dan bersisik/beruntusan), sebaiknya pemakaian dihentikan.
Baby oil lebih parah lagi dalam menyumbat pori-pori kulit dan saluran kelenjar keringat karena partikelnya lebih besar dan lebih kental. Jadi, sebaiknya tak diberikan untuk kulit bayi Anda.

Bayi harus diberi pisang atau nasi kepal/ulek agar tak kelaparan.

Salah dan berbahaya! Sistem pencernaannya belum sanggup mencerna atau menghancurkan makanan tersebut.
Dengan demikian, makanan tersebut akan mengendap di lambung dan menyumbat saluran pencernaan, sehingga akhirnya bayi jadi muntah.
Itulah mengapa, sebelum usia 4 bulan, bayi belum boleh diberikan makanan tambahan. Jadi, Bu-Pak, tak usah takut si kecil akan kelaparan.
Toh, di usia tersebut, makanannya memang cuma ASI dan ia pun boleh menyusu ASI sepuasnya kapanpun ia menginginkannya.

*Bayi harus diberi susu lebih kental agar cepat gemuk.

Salah! Susu yang sangat kental juga tak dapat dicerna dan menyebabkan endapan susu di lambung sehingga bayi jadi muntah.

*Bayi boleh diberi air tajin sebagai pengganti susu/pelarut susu.

Air tajin tak dapat menggantikan susu karena kandungan nutriennya kurang.
Juga, tak perlu dipakai sebagai pelarut bila pengenceran susu dengan air matang sudah sesuai petunjuk pelarutan yang diberikan pada setiap kemasan susu kaleng.
Susu kaleng perlu dicampur-campur (berbagai merek dagang) agar keunggulan masing-masing susu dapat dikonsumsi sekaligus oleh bayi.
Jangan termakan iklan, dong! Semua keunggulan yang diiklankan tersebut tak ada yang dapat menyaingi keunggulan ASI.

APA YANG DILAKUKAN BILA BAYI PANAS

Baluri seluruh tubuhnya dengan bawang merah.
Bau, dong! Panas tak pernah turun karena bawangnya, tapi karena waktu memborehkan bawang, semua baju dibuka dan terjadi penguapan dari permukaan kulit yang basah. Itulah mengapa, praktek membungkus bayi rapat-rapat dengan beberapa lapis pakaian pada waktu bayi panas justru akan menyebabkan suhu tubuh semakin panas.
Bila bayi panas, jangan membungkus bayi terlalu rapat atau dengan pakaian terlalu tebal.
"Malah lebih baik kalau semua pakaiannya dilepaskan, agar terjadi penguapan atau pelepasan panas dari tubuh bayi ke udara sekitar," tutur Eric.
Bahkan, dikompres sambil telanjang pun boleh.
Namun tentunya, sebelum itu si bayi sudah diberi obat penurun panas.
Tak usah cemas bayi Anda akan semakin parah sakitnya.
Kecuali, bila kemudian Anda tak membawanya ke dokter untuk mengatasi penyebabnya. Bukankah penyebabnya yang harus diatasi, karena penyebabnya inilah yang membuat si bayi menjadi panas.
Lepaskan semua pakaian bayi, lalu dekap di dada ibu/ayah yang tanpa busana pula. Dengan demikian bisa menurunkan panas.
Memang hal ini juga bisa dilakukan pada bayi yang mengalami panas untuk mengurangi panasnya.
Tapi panas badan kita, kan, normalnya 37 derajat Celcius, sedangkan suhu udara jauh lebih rendah, sekitar 28-30 derajat Celcius. Jadi, penetralannya lebih baik ketimbang badan ibu/bapaknya.

Bayi perlu diurut bila mengalami keseleo/kecengklak.

Dunia medis tak mengenal istilah keseleo/kecengklak.
Mengurut bayi justru dapat menyebabkan cedera jaringan bila cara pijatan dan urutannya berlebihan, apalagi di tempat-tempat organ berbahaya semisal perut.

*Bayi tak boleh tidur ditengkurapkan karena susah bernafas.

Salah! Tidur tengkurap lebih nyaman buat bayi karena membuatnya lebih nyenyak dan tak rewel, serta membantu rekoil pernafasan dada lebih teratur.
Sejak lahir pun, setiap saat diletakkan di tempat tidur, bayi boleh ditengkurapkan. Pengalaman menunjukkan, dengan sering ditengkurapkan, perkembangan motoriknya angkat kepala, tengkurap, bolak-balik, duduk, dan sebagainya menjadi lebih baik.
Keberatan tidur tengkurap belakangan ini sering dikaitkan dengan tulisan mengenai SIDS (Sudden Infant Death Syndrome) yang sering terjadi di negeri Barat karena bayi tidur di ranjang terpisah dari orang tua, kadang di kamar yang terpisah pula. Sedangkan di Indonesia, umumnya bayi tidur di samping orang tua dan jarang sekali ditinggal sendiri.
Jadi, tak perlu takut dengan SIDS hanya karena menengkurapkan bayi.

*Bayi tak boleh didudukkan karena takut susah kencing.

Tidak benar! Jikapun nasihat ini diikuti, boleh saja. toh, tak akan merugikan bayi.

*Bila bayi kembung, laburi perutnya dengan daun-daunan obat.
Justru berbahaya bila kulit bayi sangat sensitif karena menimbulkan iritasi.
Bila bayi mengalami kembung, cukup ditengkurapkan, karena dalam posisi tersebut, bayi akan banyak mengeluarkan angin.
Nanti kembungnya akan hilang sendiri.

*Bayi perlu diberi penghitam mata di alis mata (sipat) agar matanya jernih.

Tak ada hubungannya antara mata jernih dengan pemberian penghitam mata.
Jikapun ingin diberikan, boleh saja karena tak ada bahayanya bagi bayi.

*Jika bayi sering belekan, baluri di atas alis matanya dengan kunyit yang sudah dihaluskan agar saat bangun tidur, tahi matanya keluar semua sehingga enggak belekan lagi.

Salah! Mata belekan disebabkan saluran mata -masing-masing di sudut mata dekat hidung- bayi masih terlalu halus (salurannya masih sempit sekali) sehingga bila ada kotoran atau partikel-partikel di sudut mata yang mau dibersihkan di saluran tersebut namun ukurannya lebih besar dari salurannya, maka mengumpullah kotorannya di sudut mata.
Itulah yang disebut belekan.
Untuk mengatasinya, lakukan pemijatan sesering mungkin pada masing-masing saluran mata.

By Aldid Kyko , Jumat, Mei 14, 2010

Tips Kembung Pada Bayi

Menelan angin dan mengeluarkan gas adalah bagian normal dari masa-masa pertumbuhan bayi. Namun, gas yang berlebihan dalam usus dapat membuat bayi tidak nyaman dan menjadi rewel.

Tips meminimalisir masuknya angin ke dalam perut bayi:

Saat memberi ASI, pastikan bibir bayi menutup dengan baik dan menghisap jauh di belakang aerola ibu.

Jika si kecil menyusu dengan botol, atur posisi bibir bayi agar menutup dasar dot botol, tak hanya puncaknya saja.

Saat menyusu dengan posisi digendong, jaga kemiringan tubuhnya pada kemiringan 40-45 derajat. Pertahankan posisi ini hingga setengah jam setelahnya.

Hindari bayi menghisap dot botol yang sudah kosong.

Kurangi makanan yang mengandung gas dari menu si kecil, seperti brokoli, bawang putih, tauge, kembang kol dan kubis.

Daripada memberikan makanan dalam jumlah banyak pada satu kesempatan, lebih baik menyuapinya dengan jumlah sedikit namun sering.

Jika terlanjur kembung, Anda harus berupaya mengeluarkan angin dari dalam perut bayi, sehingga ia bisa merasa lebih nyaman. Berikut panduan dari William Sears, M.D.,

Buat si kecil bersendawa selama atau setelah minum susu. Bisa dilakukan dengan menggendongnya dalam posisi tegak di bahu sambil menepuk-nepuk punggungnya secara perlahan.

Pompa gas keluar dari perut bayi. Caranya, pegang kedua betis bagian bawah bayi, dan tekuk kaki bayi ke arah perutnya. Tekuk kedua kaki ini secara bergantian seperti sedang mengayuh sepeda.

Tengkurapkan atau telungkupkan bayi. Sebab, dengan ditelungkupkan, gas di perut akan mencari tempat yang lebih tinggi untuk kemudian keluar.

Pijat perutnya dengan sentuhan I Love U (ILU). Oleskan minyak hangat ke tangan Anda, usapkanlah ke bagian perut bayi yang tegang, dengan gerakan melingkar. Mulai dengan gerakan membentuk huruf I dari atas ke bawah, pada bagian kiri perut bayi. Gerakan ini menggerakkan gas ke bawah, dan keluar dari usus besar bayi. Lalu, lanjutkan pijatan dengan gerakan membentuk huruf L terbalik, sehingga gas yang ada pada bagian peralihan usus menuju ke bagian bawah usus besar lagi. Kemudian pijitlah dengan membentuk huruf U terbalik. Mulailah dengan gerakan ke atas sepanjang usus yang naik, membelok datar ke kanan, kemudian turun. Pijatan pada perut akan lebih efektif, bila bayi berada di pangkuan dengan kaki menghadap Anda, atau sambil berendam air hangat.

Sering menggendong bayi bisa membuat cerdas

Untuk bayi yang sering digendong, sering timbul istilah“bau tangan”. Para ibu muda yang baru memiliki bayi sering dinasihati jangan terlalu sering digendong, nanti membuatnya manja. Sebenarnya, keinginan bayi untuk digendong merupakan hal yang alami.

Selama sembilan bulan dalam kandungan ibunya, seorang bayi seolah berada dalam ayunan. Sehingga ketika lahir, dia mencari kenyamanan yang sama dengan digendong. Menurut Karen Sokal-Gutierrez, MD, staf pengajar School of Public Health, University of California Berkeley, bayi di bawah usia tiga bulan memang terlihat sangat membutuhkan bantuan orang yang ada disekitarnya.

Berbagai kajian ilmiah menunjukkan, ketika bayi-bayi menangis segera digendong dan diperhatikan kebutuhannya, timbullah perasaan aman. Stres dan kecemasannya berkurang dan akhirnya, bayi menangis lebih sedikit. “Jadi menggendong bayi yang menangis itu bagus, tidak akan memanjakannya,” ujarnya.

Lebih lanjut, Gutierrez yang juga Ketua Komisi Early Childhood Adoption and Dependent Care pada American Academy of Pediatrics itu menjelaskan, sebagian dokter ahli anak menyebut periode tiga bulan pertama hidup bayi sebagai ‘trimester keempat kehamilan’. Bayi-bayi muda akan merasa lebih nyaman di dalam lingkungan yang mirip rahim ibu, tempat di mana mereka selalu didekap erat, selalu hangat dan diayun-ayun. Maka secara alamiah mereka merasa aman dan nyaman jika digendong, dibedong dan ditimang.

Tapi, setelah usia tiga bulan, bayi-bayi ingin sedikit mandiri. Mereka masih senang digendong, tapi kadang tertarik juga mengamati dan menjelajah sekitar. Bayi usia empat bulan bisa ditelentangkan supaya menggerak-gerakkan lengan dan menjangkau kakinya. Atau, ditengkurapkan supaya berlatih mengangkat kepala dan dada.

Dia menekankan, setiap bayi dan orangtua berbeda. Ada bayi yang perlu segudang perhatian, ada yang senang tidur melulu atau main sendiri. Ada orangtua yang tak bosan-bosannya menggendong bayi, ada yang ingin bayinya belajar mandiri dengan bermain dan tidur sendiri. Budaya yang berbeda punya kebiasaan berbeda pula. Para orangtua perlu menetapkan apa yang cocok dan paling memungkinkan untuk mereka dan bayinya.

Pam Leo, seorang parent educator di Gorham, Maine, Amerika Serikat mengungkapkan, beberapa penelitian menunjukkan bahwa bayi-bayi yang digendong sepanjang waktu, dan terpenuhi semua kebutuhan-atas-sentuhannya sepanjang tahun pertama tidak menjadi bayi yang lengket atau terlalu tergantung pada orang. Sebaliknya bayi-bayi tersebut lebih jarang menangis, tumbuh lebih bahagia, lebih cerdas, lebih mandiri, lebih penuh kasih dan lebih ramah ketimbang bayi-bayi yang kebanyakan ditaruh di kursi, di buaian, di tempat tidur atau di alat bantu lainnya yang tak memerlukan kontak dengan manusia.

Menggendong bayi juga diyakini sebagai bagian vital dari rencana biologis alam dalam menciptakan ikatan kasih sayang ibu-bayi, serta amat penting bagi pengembangan kepercayaan, empati, belas kasih dan hati nurani. “Penelitian menegaskan menggendong bayi manusia mengembangkan kecerdasan dan kapasitas bayi dalam hal kepercayaan, kasih sayang, keintiman, cinta dan kebahagiaan,” tuturnya. (rin)

Sumber: www.republika.co.id