Tuesday, October 19, 2010

Memahami dan Menyikapi Perbedaan dengan Pengertian

Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu bersinggungan dengan perbedaan. Perbedaan seringkali menjadi pemicu masalah yang berlanjut menjadi konflik bila kita memahami, mengatasi dan menyikapinya dengan cara yang tidak tepat. Secara hakikat, manusia itu sama, tetapi tak pernah ada manusia yang benar-benar sama dalam segala hal. Kemiripan wajah, kesamaan hobi, bahkan ikatan batin dan pertautan rasa yang kuat pun tidak menjadikan kita sama dengan mereka atau aku adalah dia dan kamu adalah saya. Kita berbeda dan memiliki perbedaan karena perbedaan adalah harmoni yang membuat hidup kita lebih berarti. Di dalam perbedaan, tersimpan arti yang pantas untuk dimengerti. Dengan perbedaan, kita mampu merasakan makna kebersamaan, sehingga kita bisa memahami bahwa perbedaan adalah alasan untuk sebuah pengertian.

Perbedaan merupakan keadaan, sifat dan karakter yang diciptakan Tuhan dengan tujuan agar manusia saling mengenal, berinteraksi, saling memahami dan memberi manfaat satu sama lain. Memahami dan menyikapi perbedaan dan memang bergantung kepada cara pandang kita terhadap perbedaan tersebut. Jika kita memandangnya sebagai sebuah ancaman, maka perbedaan akan menjadi masalah yang sulit diatasi. Namun, jika perbedaan dipandang sebagia fitrah kemanusiaan dan anugerah Yang Maha Sempurna, maka perbedaan itu akan terasa indah mewarnai hidup kita. Cara pandang kita terhadap perbedaan sangat menentukan terhadap cara kita meyikapinya dan mengatasinya. Karena itu, pengertian merupakan hal yang penting untuk kita miliki dan kita terapkan dalam memahami, menyikapi dan mengelola perbedaan.

Pengertian merupakan refleksi dan realisasi kesadaran akan fakta nyata kehidupan yang tidak selalu sama dan tidak pernah sempurna. Di dalam pengertian ada ketulusan, kesiapan dan ketegaran untuk menerima kekurangan juga mensyukuri kelebihan diri sendiri maupun orang lain. Pengertian merupakan tindak lanjut dari rasa menghargai. Dengan menghargai kita bisa mengerti dan menerima, sehingga pengertian menjadi sikap utama yang dapat membuat kita bertahan dan menikmati perbedaan sebagai sebuah warna kehidupan. Tanpa pengertian, kita tak akan bisa hidup berdampingan dengan tentram, nyaman dan damai dalam perbedaan.

Pengertian merupakan sebuah proses mengerti dan memahami, sehingga bisa kita latih, kita tumbuhkan dalam diri kita dan kita manfaatkan untuk hidup kita. Ada beberapa hal yang dapat kita jadikan pembiasaan sehubungan dengan melatih pengertian dan menyikapi perbedaan.

Pertama, kembangkan cara berpikir positif dan hindari dominasi prasangka. Orang yang bersikap dan berdasarkan prasangka semata tidak akan bisa memandang positif kehidupan dan segala perbedaan yang dihadapinya, sehingga cenderung pesimis dan menganggap perbedaan sebagai sebuah ancaman yang bisa menyerang kita sewaktu-waktu. Karena itu, berpikir positif akan menumbuhkan sikap dan tindakan positif juga menentramkan perasaan.

Kedua, hindari sikap menonjolkan diri dan merendahkan orang lain. Tempatkanlah sesuatu pada tempatnya dan sesuai porsinya. Hal ini merupakan realisasi dari bersikap dan bertindak adil. Bersikap wajar dan bertindak benar merupakan cara tepat menyikapi perbedaan.

Ketiga, senantiasa mengoreksi dan introspeksi diri, serta tidak cepat menghakimi orang lain. Telusuri kebenaran sebuah informasi secara objektif, serta biasakan untuk tidak cepat menjustifikasi sebelum kita melakukan verifikasi kebenaran sesuatu. Hal ini merupakan langkah antisipatif terhadap informasi provokatif yang akan menjadikan perbedaan sebagai jalan perpecahan. Koreksi diri akan membuat kita senantiasa tenang dan tegar menghadapi masalah, termasuk perbedaan.

Keempat, meningkatkan kepekaan diri terhadap orang lain dan lingkungan kita karena kepekaan akan membuat kita peduli terhadap keadaan di sekeliling kita. Kepekaan dan kepedulian ini akan melahirkan penghargaan dan pengertian kita akan perbedaan.

Kelima, bersikap sabar, tulus, toleran dan tegas. Sikap-sikap seperti merupakan esensi dari pengertian dalam menyikapi perbedaan. Tegas tidak identik dengan keras, tetapi mampu menempatkan kebenaran pada porsinya.

Kelima langkah tersebut merupakan langkah yang bisa terus kita latih dalam keseharian kita untuk lebih meningkatkan pengertian, memahami arti perbedaan dan menyikapinya dengan tepat. Perbedaan bisa kita manfaatkan sebagai energi untuk mengerti dan kita jadikan potensi untuk memaksimalkan kemampuan kita memahami orang lain. Insya Allah. Saya, Anda dan kita semua memang tidak bisa menghindari perbedaan yang sering kali menimbulkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Namun, paling tidak dengan menanamkan pengertian dalam diri kita, kita telah membiasakan diri menyikapi perbedaan, serta berupaya untuk menciptakan kerukunan dan ketentraman di atas perbedaan itu.

Mengatasi Masalah dengan Memahami Pebedaan

Masalah tak terpisahkan dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita merasa punya masalah ketika harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Konflik, baik intrapersonal, interpersonal maupun konflik sosial merupakan bagian dari masalah yang kita hadapi. Interaksi interpersonal dan social paling sering memicu konflik. Kita pasti sering merasa sudah sangat dekat, sangat memahami dan sanggup menerima seseorang apa adanya, tetapi ketika ada sedikit saja yang tidak sesuai dengan perasaan atau pemikiran kita, kita merasa tak akan ada solusi. Kedekatan hati dan kesiapan berbagi tidak selalu membuahkan harmoni karena hidup memiliki banyak sisi untuk dimengerti, dinikmati, dijalani sepenuh hati.

Pemicu utama konflik ialah perbedaan. Berlanjut menjadi pertengkaran, pertentangan dan kemudian bisa berpotensi menjadi konflik yang lebih serius. Konflik, sekecil apapun kelihatannya, tidak bisa dianggap sepele juga tidak harus disikapi secara berlebihan. Kita bisa mengelola sikap kita dalam menghadapi konflik dengan mengetahui dan memahami akar permasalahannya.

Pertama, konflik muncul karena seseorang tidak terbiasa menyikapi perbedaan dengan tepat. Manusia diciptakan dengan ribuan sifat dan watak yang berbeda, sehingga cara dan sikap hidup tiap orang tidak sama. Kesadaran akan adanya keragaman dan perbedaan ini yang mutlak diperlukan untuk kelangsungan setiap hubungan baik personal maupun interaksi sosial. Kedua, timbulnya konflik juga dipicu oleh sikap egoistis, selalu membenarkan pendapat sendiri dan merasa diri paling benar. Dalam pola komunikasi internal keluarga maupun lingkungan sosial, sikap seperti ini banyak kita temukan.Berbeda pendapat sering dianggap sebagai ancaman bahkan serangan terhadap eksistensi seseorang. Tiap individu memiliki keinginan, dan kebutuhan yang tidak selalu sama. Cara pandang setiap orang terhadap konflik akan menentukan pula cara ia menghadapi dan menangani konflik.

Ada beberapa hal yang bisa dijadikan landasan dalam mengelola sikap terhadap konflik.

1.

Bersikap dan bertindak bijak terhadap kelebihan dan kekurangan orang lain (orang tua, pasangan hidup, sahabat atau orang yang kurang kita sukai). Sikap bijak lahir dari kesadaran diri bahwa tiada manusia yang sempurna. Kekurangan orang lain kerap kali menyulut konflik ketika kita tidak siap dan tidak mau menerimanya. Kelebihan orang lain pun tak jarang membuat kita merasa iri, benci memusuhi dan akhirnya jadi dengki… Naudzubillah. Kekurangan seseorang, baik moral maupun material bukan untuk dihakimi. Kekurangan adalah sisi ketidaksempurnaan yang patut kita lengkapi dengan pengertian, serta keikhlasan untuk membantu memperbaikinya. Sedangkan kelebihan orang merupakan anugerah Allah SWT yang sangat pantas kita syukuri. Berani mengakui kelebihan orang dan menghargainya adalah bagian dari memuliakan Yang Maha Bijaksana. Memang tidak mudah merealisasikannya karena butuh keikhlasan untuk melakukannya. Namun, dengan belajar dan berlatih memahami orang lain akan menuntun kita pada sikap dan tindakan yang bijak. (saya juga sedang belajar)
2.

Bersikap dan bertindak bijak terhadap diri sendiri dengan mensyukuri kelebihan yang kita miliki, memanfaatkan kelebihan diri dengan rendah hati di jalan kebaikan dan kebenaran, serta menyadari kekurangan diri dan selalu berupaya memperbaiki diri. Sebaik-baik manusia adalah yang tidak sibuk mengutuk kekurangan diri, tetapi selalu berusaha memperbaiki diri. Banyak di antara kita yang mungkin masih menganggap kekurangan (diri sendiri dan orang lain) sebagai aib yang harus di-genocida secara mutlak. Padahal, kekurangan bisa membuat kita dicintai selama kita terus berusaha memperbaikinya dan tidak selalu mengharap dikasihani. Menyadari kekurangan diri akan mmbenamkan hati kita ke dalam keinsyafan bahwa kita membutuhkan orang lain untuk berbagi, saling mengisi dan saling melengkapi.
3.

Melunakkan hati dan memaafkan. Untuk melakukan kedua hal ini diperlukan kesabaran dan ketulusan. Konflik seringkali membuat kita merasa tersakiti dan ingin mengakhiri sebuah hubungan dengan siapa saja. Itu mah jalan pintas. Nafsu harus dikendalikan agar tidak memicu konflik yang berkepanjangan.
Memaafkan kesalahan orang lain memang tidak mudah. Butuh waktu, kesabaran, keikhlasan dan lagi-lagi pengertian. Orang berbuat salah tidak selalu disengaja. Seperti yang pernah diungkapkan K.H. Abdullah Gymnastiar dalam tausyiahnya bahwa ada orang yang berbuat salah karena ia tidak menyadari bahwa ia salah dan ada orang yang melakukan kesalahan kemudian ia mengetahui perbuatannya salah, tetapi ia belum sanggup memperbaikinya. Mungkin orang lain yang berkonflik dengan kita juga menganggap kita yang salah dan tidak bisa dimaafkan. Makanya, agama menyuruh kita untuk saling memaafkan, selalu mengingat kebaikan orang lain terhadap kita dan melupakan jasa atau kebaikan kita terhadap orang lain agar kita dapat melatih diri mengelola emosi (nafsu amarah). Dengan melupakan jasa diri terhadap orang lain, kita bisa menghilangkan rasa sakit hati ketika orang tersebut tidak menghargai kebaikan kita. Dengan mengingat kebaikan orang lain, kita dapat melunakkan hati kita untuk tidak memasung hati dalam kebencian. Bagaimanapun, kebencian yang kita tanam akan membuat hati semakin keras dan angkuh (merasa diri tak pernah berbuat salah).

Sejatinya, konflik merupakan pembelajaran sikap hidup, pendewasaan berpikir dan pematangan jiwa seseorang. Dengan adanya konflik, kita mengetahui sifat dan karakter seseorang yang mungkin selama ini tertutupi. Konflik juga mendidik kita untuk belajar memahami orang lain, menghargai perbedaan dan mengamalkan nilai-nilai kemanusiaan dalam kehidupan sehari-hari yang berbhineka.

Suara Keras Hambat Perkembangan Bayi

LARANGAN bicara keras-keras di dekat bayi ternyata ada dasarnya.

Suara percakapan yang terlampau keras terbukti bisa menghambat perkembangan bayi. Terutama pada bayi prematur atau yang sedang sakit.

Menurut Dr William Engle, ahli neonatologis dari Riley Hospital, Indianapolis, AS, suara yang keras membuat jantung bayi berdenyut terlalu cepat atau sebaliknya, sangat lambat.

Hal itu membuat bayi tidak bisa beristirahat atau tidur nyenyak.

Padahal, semua proses perkembangan bayi, baik otak maupun fisik, terjadi justru pada saat bayi istirahat atau tidur.

Fakta itu terungkap dalam penelitiannya di unit perawatan khusus di rumah sakit tersebut.

"Bayi tumbuh di antara kondisi tersebut, selain makan tentunya," ujar Engle.

Karena itu, dia menganjurkan agar orang tua menyediakan tempat yang tenang bagi bayi mereka. Tempat yang tenang, menurutnya, bisa mendorong otak bayi memproses suara yang masuk serta mengenal suara ibu mereka.


Sumber
mediaindonesia.com